Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer

Bumi manusia, sebuah karya fenomenal dari sang legendaris dalam dunia bahasa dan sastra, Pramoedya Ananta Toer. Sebuah novel yang jika memilikinya di era orde baru dapat saja menyeret kita ke dalam hotel, hotel prodeo. Sebuah kisah di masa kolonial, mengisahkan perlawanan dari sang pribumi terhadap penguasa yang juga sedikit dibumbuhi dengan kisah romantis yang bergejolak dengan perempuan keturunan indo yang kecantikannya bahkan dapat menutupi kisah tragis dalam dirinya.

Dari cover buku yang memiliki tebal 551 halaman ini sebelum membaca isinya memang sedikit menjelaskan perihal kisah dari yang tertulis di dalamnya. Sangat nampak jelas yang tergambar adalah beberapa tokoh dimana dapat dianalisis melalui pakaian yang mereka kenakan, meskipun juga tidak sedikit pula membawa kita kepada kesalah-pahaman tentang cerita yang akan dikisahkan. Ya sebagaimana cover, kita hanya bisa menilai tampakannya saja, dan baiknya jangan terburu-buru dulu dalam mengambil tentang kesimpulan dari isinya.

Sebuah cover buku yang juga terkait dengan judul buku hanyalah sebuah data awal kita untuk berangkat menuju isi dari sebuah buku. Setelah kita membaca kata demi kata satu persatu akan terjawablah dengan sendirinya, kita akan menyocokkan antara isi dengan covernya. Dan menemukan jawaban mengapa judul itu yang dipilih, pun ini adalah penilaian subyektif tentunya, karena alasan pemilihan tersebut hanya penulislah yang benar-benar mengetahui alasan sebenarnya.

Tentang buku yang terbit untuk pertama kali pada tahun 1980, yang sampai hari ini telah 38 kali diterbitkan dan telah diterjemahkan pula ke berbagai bahasa di dunia. Lahir dan di susun oleh penulis ketika di dalam penjara dimulai dari menyusun secara lisan yang hanya mengandalkan ingatan lalu menceritakan kepada teman sesama di penjara karena manuskrip novel yang belum diterbitkan ikut dibakar oleh tentara penguasa di era itu. 

Yang terkesan dari buku ini adalah cara penulis dalam menggambarkan satu persatu tokoh dalam cerita ini dengan segala gejolak yang ada pada diri tokoh tersebut. Layaknya sebuah cerita, kita akan diberikan kesempatan untuk mengenali tokoh tersebut dan sudah pasti ada hal unik yang menjadi pembeda antara tokoh satu dengan yang lainnya. Kemudian setelah itu barulah kita diberi sajian tentang problem dan pergolakan antara satu tokoh dengan yang lain.

Novel ini notabenenya menggunakan sudut pandang orang pertama, akan tetapi keapikan penulis dalam meramu kata tentunya berhasil membuat kita dapat untuk seperti merasakan pergolakan yang terjadi pada diri tokoh lain. Seolah kita turut merasakan pula emosi dalam diri tokoh tersebut karena digambarkan dengan sangat detail seolah tak memberi ruang kepada pembaca untuk kembali ke dirinya sebagai pembaca.

Minke, seorang pemuda jawa berketurunan priyayi yang memiliki kekaguman terhadap peradaban Eropa di tengah menempuh pendidikannya di HBS (setingkat SMA) dipertemukan dengan gadis cantik berdarah indo yang menghantarkan ia kelak kepada sebuah tragedi ironis yang memberi kesadaran terhadap diri, diri seorang pribumi di tanah jajahan sebuah sistem kolonialisme. Dimana memang tak ada ruang untuk pribumi jika sudah berhadapan dengan bangsa kulit putih meski secerdas apapun pribumi itu.

Kemudian, sebuah penokohan yang begitu kuat datang dari salah satu tokoh perempuan dalam kisah ini, Nyai Ontosoroh, perempuan jawa yang menjadi seorang istri simpanan dari laki-laki Belanda yang kemudian mempunyai dua orang anak. Yang pada masa kecilnya sudah menjadi korban dari keserakahan manusia yang tega menjualnya kepada Belanda untuk dijadikan istri simpanan, istri yang tak sah di mata hukum, lalu bertekat mengelolah sebuah perusahaan besar untuk masa depan anaknya yang kelak tak dapat pula ia miliki meski dengan perlawanan, sebaik-baik dan sehormat-hormatnya perlawanan.
Inilah bumi manusia, gambaran dari kejamnya sebuah kekuasaan hingga dapat membungkam sebuah keadilan. Sebuah tragedi ironi datang dari sepasang anak manusia, Minke dan Annelies dan tentu saja ibunya, Nyai Ontosoroh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yusuf & Zulaikha karya Hakim Nuruddin Abdurrahman Jami

Engkau

Perkawinan Makro