Mereka yang Terdidik dan Mereka yang Terkurung

Pendidikan... pendidikan ini untuk siapa?
Untuk merekakah yang penuh akan ambisi untuk menguasai dunia? Menciptakan gedung-gedung pencakar langit.
Atau untuk mereka yang terluka hatinya melihat ketertindasan dimana-mana.

Kedzaliman demi kedzaliman adalah pemandangan yang biasa di atas negeri yang masyarakatnya lupa arti sila kelima pancasila

Pendidikan... untuk merekakah yang ada di kota dengan berbagai fasilitas. Yang bisa belajar nyaman dalam ruang penuh AC dengan lautan referensi di tengah mereka.

Atau... pendidikan ini untuk mereka yang untuk datang ke sekolah saja harus rela menempuh berkilo-kilo meter dengan berjalan kaki.. kaki mungil yang kadang sudah lelah namun harus tetap berjalan agar kelak tak menderita mwnanggung pedihnya kebodohan.

Bahkan kadang dengan melewati arus sungai yang sewaktu-waktu dapat saja menghanyutkan tubuh mereka

Jangankan... untuk menikmati ruang yang nyaman
Ruang kelas saja harus berbagi dengan kelas lain
Bangunan sekolah yang hanya terdiri dari 3 ruang kelas, rongsokan penuh amis.

Dengan tenaga pengajar yg sangat minim... Ya karena tak banyak yang mau mengabdikan dirinya untuk sebuah arti pendidikan.

Para tenaga pengajar itu lebih mengabdikan diri di tempat yang penuh dengan segala fasilitas agar tak menyulitkan mereka.

Sedang masa depan negeri menjadi tanggung jawab mereka pula mungkin mereka lupa akan arti pengabdian itu.
Bukankah pengabdian tak mengenal tempat?

Wahai kalian anak-anak pedalaman
Wahai kalian yang menjadi anak tiri di negeri sendiri
Tumpukanlah harapan pada kaki kalian
Jangan berharap pada mereka yang tak tau derasnya arus sungai yang telah menjadi teman akrab kalian

Jangan berharap pada mereka yang terlena merasakan nikmatnya ruang berAc hingga menutup telinga dari jeritan kalian

Wahai kalian anak-anak pedalaman
Berjuanglah! Dan lepaskan dirimu keterkungkungan.

Sebab, hari ini adalah milik mereka tapi esok adalah milik kalian. Sementara masa depan adalah milik kita 😁

Makassar, 6 Mei 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yusuf & Zulaikha karya Hakim Nuruddin Abdurrahman Jami

Engkau

Perkawinan Makro